Ligaindonesia – Timnas Indonesia sampai sekarang memang masih belum menorehkan prestasi yang mentereng, utamanya di level dunia. Tim Garuda pun hanya beberapa kali bisa berbicara di level Asia maupun Asia Tenggara.
Meski demikian, hal itu tetap layak dikenang. Sembari memberikan motivasi untuk Timnas Indonesia generasi terkini untuk bisa berprestasi lebih baik.
Secara progres, Timnas Indonesia yang diasuh Shin Tae-yong sudah ada di jalan yang benar. Paling tidak, sejak Shin datang ada perubahan nyata dari sisi peringkat dan juga mental bertanding para penggawa Merah-Putih.
Namun, Shin Tae-yong masih harus bekerja sangat keras untuk bisa masuk ke daftar elite para pelatih tersukses di Timnas Indonesia.
Bola.com menilai ada tiga sosok yang layak masuk ke dalam daftar elite tersebut. Mereka adalah Anatoly Polosin, Bertje Matulapelwa, dan Sinyo Aliandoe.
Anatoly Polosin
Kita mulai dari Anatoly Polosin, pelatih bertangan besi yang membawa gelar terakhir untuk Timnas Indonesia. Ya, Garuda yang meraih medali emas di SEA Games 1991 adalah tim yang diasuh Polosin.
Pelatih kelahiran Tashkent yang sekarang menjadi ibu kota Uzbekistan itu memiliki karakter yang keras. Ia mengedepankan latihan fisik yang luar biasa keras kepada para penggawa Garuda.
Selain saklek soal kekuatan fisik, Polosin juga cerdas dalam hal taktik. Ia disebut memperkenalkan gaya Shadow Football kepada para pemain Timnas Indonesia kala itu.
Sebuah teknik yang menuntut para pemain untuk terus berlari seolah-olah sedang mengejar bola. Teknik itu memang membutuhkan kekuatan fisik yang luar biasa.
Sejak SEA Games 1991, belum ada gelar juara yang diraih Timnas Indonesia di level senior. Sebagai catatan, SEA Games 1991 yang berlangsung di Manila memang masih menggunakan aturan lama, yakni kontestan boleh menggunakan tenaga para pemain senior.
Bertje Matulapelwa
Bertje Matulapelwa kerap disebut sebagai pelatih lokal terbaik yang pernah menukangi Timnas Indonesia. Sebutan itu memang bukan tanpa dasar.
Bertje Matulapelwa hanya dua tahun diberi kesempatan menukangi Timnas Indonesia, yakni pada 1985-1987.
Asian Games 1986 menjadi panggung Bertje. Timnas Indonesia asuhannya mampu menjadi semifinalis pesta olahraga terbesar di Asia itu.
Prestasi selanjutnya yang diraih Timnas Indonesia era Bertje Matulapelwa adalah medali emas SEA Games 1987. Gelar itu sangat manis, sebab diraih di kandang sendiri.
Ribut Waidi menjadi nama lain yang tak akan dilupakan pada torehan medali emas itu. Ribut menjadi pencetak gol semata wayang Garuda atas Malaysia di babak final.
Sinyo Aliandoe
Piala Dunia 1938 selalu menjadi Piala Dunia yang menarik bagi sepak bola Indonesia. Itu adalah kali pertama Timnas Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda lolos ke putaran final. Pencapaian itu sampai sekarang masih belum bisa diualng kembali.
Pada 1985, pencapaian itu hampir diualangi oleh Timnas Indonesia. Tim asuhan Sinyo Aliandoe hampir lolos ke Piala Dunia 1986 yang berlangsung di Meksiko.
Timnas Indonesia sudah sampai babak kedua Zona B Kualifikasi. Itu adalah fase kualifikasi terakhir sebelum bisa terbang ke Meksiko.
Pada fase itu, Timnas Indonesia harus menghadapi Timnas Korea Selatan. Garuda kalah 0-2 dalam laga leg pertama di Seoul.
Sayangnya pada laga kedua yang berlangsung 30 Juli 1985, Indonesia kalah 1-4 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Kekalahan yang mengubur mimpi Bambang Nurdianysah dkk untuk berlaga di pentas Piala Dunia 1986.